Senin, 07 September 2009

pencak gunung slamet di kala pemilu









PESONA GUNUNG SLAMET
Sushi_motto/ PenceClub






Gunung Slamet (3.432 meter) adalah gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif.



SUSHI MAU DAKI
Pada tanggal 7 april, pagi-pagi dikost bikin kopi sambil dengerin lagu dari hobasthank, hari itu di kampus sedang ada ujian tengah semester, tapi waktu itu aku sudah tidak mengambil mata kuliah kecuali 6 sks untuk skripsi yang terlantar. Berhubung pada tanggal 9 ada libur untuk pemilihan legislative dan hari berikutnya ada tanggal merah, saya langsung berpikiran untuk menggunakan libur ini untuk mendaki gunung. Gunung yang saya rencanakan adalah gunung slamet di purbalingga dan sekitarnya, mengingat di jawa tengah yang belum sempat saya daki adalah gunung slamet. Seperti biasanya apabila ada uneg-uneg pengen mendaki gunung, teman yang pertama kali saya ajak untuk melancarkan misi ini adalah aziz, alias simbah. Simbah adalah temen penggila gunung yang selalu siap diajak kemanapun setiap saat. Tak perlu lama lama berpikir akhirnya simbah pun langsung bersemangat juga untuk acara ini, tp baru saya (sushi motto) dan simbah yang sudah fix, akhirnya kami mencari temen yang laen untuk meramaikan suasana. Tetapi hanya dapat dua personel tambahan yaitu air dan rahmat (geo 06). Itupun harus peke bujuk rayu untuk mengajaknya, maklum waktu yang kami rencanakan berada pada deretan hari libur di tengah ujian semester.

Kami merencanakan pendakian pada malam tanggal 9 maret, jadi tanggal 8 pagi kami harus berangkat dari solo, mengingat perjalanan dari solo-purbalingga cukup jauh. Akhirnyapun pada tanggal 7 sore kami berempat sibuk dengan persiapan perbekalan. Pada tanggal 8 yang kami rencanakan untuk berangkat pagi, akhirnya molor sampe jam 11, hal ini terjadi mengingat rencana yang kami buat sangat mendadak dan untuk mencari perlengkapan ga bisa semalem jadi.sebenarnya kami merencanakan berangkat dari solo pagi yaitu untuk menghindari hujan di perjalanan, karena waktu itu masih sering turun hujan di bulan maret dan kami melakukan perjalanan memakai sepeda motor. Meskipun kami belum pernah sama sekali melintas di jalur tengah jawa tengah, kami tetep enjoy karena sebelumnya kami telah membaca artikel daerah pendakian gunung slamet serta men-download peta mudik. Jalur yang kami tempuh adalah, belakang kampus uns-boyolali-selo-muntilan-Borobudur-salam-sapuran-kretek-wonosobo-banjarnegara-purbalingga-bobotsari-bascamp slamet (Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga). Perjalanan dari wonosobo kami tempuh di bawah guyuran gerimis hingga sampai di bascamp pendakian.



BASCAMP BAMBANGAN

Sesampainya kami di bascamp bambangan pada jam 17.52 petang. Kami disambut tuan rumah yang menjadi tempat bascamp dengan se-teko air teh hangat tidak manis. Lumayan buat menghangatkan badan di tempat dingin, lagian suasana sedang gerimis. Tak berapa lama kami beristirahat lampu pln mati, sehingga kami dirumah bascamp tersebut dalam keadaan gelap gulita, akhirnya kami keluar sekalian sholat magrib, karena bertepatan waktu sholat dan tak jauh dari bascamp tersebut terdapat masjid. Sehabis kami melaksanakan solat magrib langsung memesan makn malam di bascamp tersebut dengan menu, nasi + sayur + telur dadar double. Kami makan dengan diterangi lampu korek gas sehrga 1000 rupiah, masih mendinglah agar sendok yang kami masukkan ke mulut tidak keliru ke mata, ha,,,ha,,,,.! Setelah makan kenyang kami sekalian sholat isya’’ dan diteruskan dengan membaringkan badan sejenak untuk beristirahat sambil menunggu gerimis reda. Akhirnya sekitar jam 9 malam hujan reda, dan saya sibuk membangunkan si arip dan rahmat yang tak kunjung bangun karena masih capek. Dan agak lama keduanya baru bangun, jam 09.30 kami akhirnya berangkat mendaki dengan di awali berdoa bersama. Jalan yang kami lalui pun masih ber-air mengingat baru saja hujan mengguyur.



TIKUS HUTAN

Setelah mampu melampaui perkebunan warga kami akhirnya keok juga, tanpa pikir panjang saya mengomando agar pasukan beristirahat, kami langsung duduk di tanah dan melepaskan tas punggung kami, pasukan kami tanpa di komando langsung mengeluarkan air minum maupun makanan kecil, sambil ngemil kami menceritakan perjalanan yang barusan kami lakukan, sejenak ke-riuhan kami terusik oleh datangnya tikus hutan yang tidak di undang, mungkin karena lapar tikus ini menghampiri kami di tengah kegelapan hutan. Sempat menjadi hiburan bagi kami karena tikus ini sangat pemberani, berkali-kali tikus ini mengigit roti yang di pegang oleh salah satu dari kami, dan setelah mendapat segumpal tikus ini lari menjauh, dan akan kembali lagi setelah sejenak. Sempat kami akan mengambil foto tikus ini tapi sangat sulit karena tikus ini sangat mobile. Perjalanan kami lnjutkan dengan melintasi sela sela pohon yang berjenis (kami belum tau namanya) yang memiliki pohon besar dan rindang, serta mempunyai sulur atau akar napas. Hutan seperti ini tidak ditemukan di gunung manapun di jawa tengah kecuali di sini.setelah sampai di antara pos 2 dan tiga letih telah menghampiri kami, akhirnya kami beristirahat. Kami tidur di atas tanah yang di gelari 2 matras yang dijejer dan dipakai berempat, karena letih kami tidak menghiraukan suhu yang sangat dingin dan tak lama lagsung pulas. Tetapi tidur saya paling tidak nyenyak, karena hanya memekai kaos dan jaket, sedangkan yang laen memakai SB. Akhirnya saya benar-benar bangun sekitar pukul 3 dini hari. Suasana sepi meskipun biasanya pada hari libur terdapat pendaki laen, hari itu sama sekali tidak bertemu siapapun kecuali tikus tadi. Mungkin karena partisipasi demokrasi masyarakat Indonesia sangat tinggi, karena pagi nanti adalah hari bertepatan pemilihan umum untuk pemilihan legislative. Setelah saya membangunkan teman-teman, perjalanan diteruskan dengan semangat 45,,,,,,,merdeka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,



SARDENKU TUMPAH
Sebelum sampai di pos 4 waktu subuh sudah tiba, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat untuk melakukan sholat subuh. Waktu fajar kami tidak bisa menikmati sunrise karena masih berada di hutan yang memiliki pohon-pohon lebat. Sehabis solat kami bergegas mempersiapkan untuk membikin kopi dan sarapan pagi, waktu itu saya sibuk memanja mencari ranting ranting pohon kering, rahmat tidur susah di bangunin, simbah menyiapkan kompor dan si arip sibuk membuat perapian untuk menghangatkan badan,,,. Kami sangat sibuk dengan peran masing-masing, tahap pertama kami membuat kopi dan kami pun meminum bersama-sama, hiruk pikuk kegiatan kami dalam menyambut pagi ini saya rekam, sehinggga ketika suatu saat kami memutar vedeonya kami pesti tertawa, karena kenarsisan yang dikemas dengan gaya masing-masing anak berdasarkan instinct-nya yang di tambah efek dingin maupun lapar yang kadang membuat adegan lucu. Beberapa cangkir kopi beserta variannya telah habis, kami selanjutnya mempersiapkan sarapan pagi dengan menu nasi dengan lauk sarden, waktu itu dalam keadaan kedinginan membayangkan betapa enaknya sarapan pagi dengan sarden yang kami siapkan dari rumah. Rintangan yang harus kami hadapi adalah bagai mana caranya membuka kaleng sarden? Kebetulan waktu itu kami tedak membawa pisau maupun obeng atau apa, sehingga kami kesulitan memikirkan bagaimana untuk membuka kalengtersebut. Untung saja gantungan kuncu sepeda motor punya simbah adalah pisau Katter mini, ini satu-satunya benda yang diharapkan menolong kami, tetapi karena kater sangat tipis dan lentur, maka sulit untuk membuka kaleng ini, dan kami bergantian untuk membukanya dengan cara mengiris kaleng berulang-ulang seperti mengiris daging, setelah lumayan lama dan kesel krn sulit dibukas akirnya bisa juga. Giliran simbah memanaskan sarden pada panci nesting, dan saya mengambil nasi dari tas .. setelah sarden telah mendidih, kami mengumandangkan pengumuman bahwa sarapan pagi akan dimulai, dan kami pun menyambut dengan antusias, tetapi karena satu dari temen kami belum terbiasa mencongkel untuk mengangat nesting maka sarden kami tumpah ke tanah, dan hanya sedikit sekali yang tersisa. Rupanya sarapan pagi dengan lauk sarden tinggal kenangan, dan kami memakan nasi putih seadanya,,,sambil mengomel, ha….22////.




POS TERAKHIR
Dalam perjalanan kami, sela-sela istirahat kami buat untuk berfoto maupun berparodi dan direkam, sehingga perjalanan kami sangat menyenangkan, selain itu tiada gangguan manusia lainpun, karena saat itu hanya kami ber-empat yang berada di gunung. Di pos terakir terdapat sebuah bascam, disitu pula kami kami menyimpan tas kami yang berat, sehingga pendakian pada medan berpasir diharapkan tidak terlalu membebani. Mulai dari situ pula kami mendapatkan pemandangan bagus, di sebelah timur tedapat gunung sindoro-sumbing yang terlihat agak samar karena ukurannya yang kecil karena efek jarak yang jauh. Selain itu pemandangan bukit-bukit di bawahnya yang terselimuti kabut tipis menjadi pemandangan yang bagus, juga awan tebal di sebelah utara yang turun dari gumpalan besar dan membentuk siklon. Di pos itu pula terakir terdapat pohon tinggi, sehingga saya manfaatkan untuk membentangkan spanduk kami, saya memanjat pohan tersebut, sedangkan anak2 menunggu di bawahnya dan mengambil fotonya,,,,.
Di daerah ini terdapat beberpa pohon edelweiss yang berkerumun dan di manjakan oleh belaian embun pagi. Selain itu terdapat pemandangan pohon-pohon tumbang yang tinggal ranting rantingnya menjulang yang ingin menandingi tingginya langit biru,,,,



MEDAN BERPASIR,DAN PUNCAK
Gunung slamet merupakan gunung aktif, sehingga bagian lereng puncak ber materi batuan pasir, ( satu minggu setelah pendakian kami gunung ini mengeluarkan material, sehingga pendakian ditutup sementara). Medan berat agak kami rasakan karena batuan disini lebih berukuran kecil dan bercampus pasir, yang mengakibatkan mudah terperosot setiap langkah kami. Kondisi seperti ini mirip di gunung merapi, tetapi kondisi di merapi lebih mudah karena batu pasir di sana berbentuk bongkah, sehingga ketika di pijak tidak mudah longsor. Suasana semakin sulit karena kondisi kami yang mulai letih juga di tambah kabut yang tebal yang mengakibatkan jarak pandang 6 meter-an. Untung saja hari itu tidak ada badai meskipun kabut tebal.setelah bersusah payah dan ber istirahat berkali kali akhirnya kami sampai puncak sekitar jam 10.00. kami sangat senang berada di atas dan tidak ada sapa dari pendaki lain karena hanya ada kami ber empat.di puncak kami habiskan dengan berfoto dan menjelajah puncak, puncak gunung slamet sangat lebar dan medannya bervariasi, terdapat kawah aktif, Tebing Yang Tinggi Di Antara Puncak Tertinggi Dan Kawah, Lembah Pasir, dan terdapat gundukan pasir menyerupai gunung mini di lembah pasir tersebut.
Setelah puas kami bermain di puncak dan mengambil foto skitar jam 2 siang kami turun..














TERSESAT
Kami turun seiring dengan turunnya kabut menuruni gunung, perjalanan dari puncak terhalang oleh kabut tebal, jejak jalan yang kami lalui tidak meninggalkan bekas. Kami mempercepat langkah kami kerena takut kehujanan. Kami menuruni seberang alur yang salah, dari atas memang alur masih kecil dan masih dapat di seberangi, tetapi semakin ke bawah alur tersebut semakin besar dan dalam, kami tidak bisa melihat di daerah pangkal medan pasir, kami dis orientasi. Jam menunjukkan jam 3. Hal ini menandakan surya tak lama lagi akan tenggelam dan kemungkinan besar hujan akan turun di sore hari. Tetapi kami semakin tidak berkutik, karena kami telah salah arah, kami terjebak di pertemuan alur, sehingga kanan kiri hanya terlihat jurang yang dalam, yang seakan siap menerima kami seandainya jatuh. Kondisi ini di perparah dengan bekal minum kami yang telah habis. Kami tidak akan bisa menyeberang ke kanan maupun ke kiri untuk menemukan jalur yang benar. Sesekali kami berdebat bagaimana solusinya. Si arip mulai kehabisan tenaga, matanya pucat agak kebiruan. Sedangkan simbah lama kelamaan sudah tidak kuat bicara, ini menandakan mereka sudah capai berat. Tinggal si rahmat yang masih bertenaga sebagai swepper dan aku di depan yang menjajaki medan yang belum diketahui. Akhirnya jalan buntu hanya ada jurang, jurang dan jurang. Kami memutuskan untuk mencari jalur yang benar, satu-satunya adalah kembali ke puncak, ya ampun,,,,, betapa berat nya untuik sampai puncak kedua kalinya. Sempat ku berpikir, ah jangan2,, akan jadi salah satu korban…….! Piikaranku ini timbul karena untuk mencapai puncak skitar 1,5 jam dan air minum sudah habis, lebih dari itu si arip dan simbah sudah sangat lelah untuk mengangkat kaki. Kondisi ini di perparah karena akan ada tanda-tanda hujan, serta senter dari korek gas kami tidak ada lagi, karena di taruh di tas yang di tinggal di pos terakir.
Dengan hati yang nge-down dan tenaga yang semakin melemah kami sampai puncak lagi, dan melihat-lihat sekeliling akhirnya kami menemukan jalur yang benar untuk menghantarkan kami pulang. Setelah turun sekitar satu jam, hujan mulai turun, alhamdulilah, untung saja jalur sudah ketemu meskipun keadaan agak gelap dan gerimis. Pada sakitar jam setengah 6 petang kami sampai pada dasar medan pasir dan jam 6 kami sampai di pos terakir yang terdapat campnya. Kami beristirahat dan tak lama lagi ujan turun super deras.




BERMALAM DI CAMP
Hujan semakin deras, suara berisik atap seng semakin keras, kami mencoba tidak menghiraukan suara tersebut. Kami tidur dari jam 6, udara sangat dingin, berkali kali saya terbangun karena kaki mati rasa akibat peredaran darah dihalau dinginnya udara yang mnyebabkan tidak lancar, dan lagi lagi terbangun, pdhal masih jam 7. Salah seorang dari kami yaitu rahmat, bertiga kami tidur tetapi rahmat masih sibuk menyalakan api, hal ini menyebabkan kepulan asam memenuhi ruangan, dan tidak bisa keluar karena tekanan di luar lebih rendah. Akhirnya bertiga terbangun dan semuanya batuk-batuk dan mata pedih terkena asap yang pekat. Kami berempat menongolkan hidungnya ke luar pintu untuk mengambil nafas, sedang di luar masih hujan deras.
Setelah api dimatikan kami bisa beristirahat dg tenang meskipun udara dingin. Kami melakuka sholat isya+ jama’ sama magrib. Setelah sholat kami berempat tidur. Lagi lagi terbangun karena dingin yang tak tertahan, waktu seperti ini jam terasa sangat lambat berganti, akhirnya jam 10 saya terbangun karena tidak tahan dingin, tidak lupa saya membangunkan simbah, akhirnya dy bgun karena sama-sama kedinginan, dan kami berdua membikin kopi, “”sekali merengkuh dayung dua, tiga pulau terlampaui,”” pepatah itu lumayan tepat, sambil membikin kopi sekalian misi balas dendam untuk membangunkan arip sama rahmat, karena keduanya tidur dari sore sangat pulas tanpa terlalu dingin, dia berdua tidur memakai SB, tidak dengan kami yang hanya memakai jaket saja. Ketika air mulai panas, asap pun mulai memenuhi ruangan sehingga semua baik yang tidur maupun tidak, kembali betuk-batuk dan semuanya lari keluar camp ( camp didangun dari papan kayu dan atap seng). Keadaan di luar sudah tidak hujan sejak setengah jam-an yang lalu. Setelah asap mulai hilang kami lanjutkan acara ngopi sambil bercanda. Tanpa terasa kami sampai jam12. Dan akhirnya memutuskan packing dan jam s 00.30 dini hari kami mulai turun. Stamina kami kembali pulih, kami turun dengan semangat, hnya berhenti beberapa kali untuk menenggak air minum.




FAJAR
Saat fajar kami sudah sampai di hutan pinus di sekitar kebun warga, kami kembali kehilangan jalan menuju bascam, karena banyak jalan menyilang dan tidak ada petunjuk, karena telah lama berputar-putar di kebun pinus dan masih tesesat akhirnya kami berhenti untuk menunaikan sholat shubuh. Sethelah sholat subuh dan suasana terang akhirnya kami sampai di perkebunan warga, dan saling sapa dengan warga sekitar yang sedang berangkat ke ladang. Alhamdullilah perjalanan ini sucses meskipun sempat tersesat…..


6 komentar:

  1. sama2 anak rimba yang ber adab28 Januari 2010 pukul 19.54

    wah22,,,,itu namanya golput

    tp klo sepi, menyenangkan juga, palagi sama genk, kira2 habis budget berapa dari solo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf baru balas, kalo dulu ber 6 bawa uang 150 x 6. Udah cukup. Kesana bawa motor, mandi di pom, tidur di kebun, dimasjid, asal ga rese, haha

      Hapus
    2. Maaf baru balas, kalo dulu ber 6 bawa uang 150 x 6. Udah cukup. Kesana bawa motor, mandi di pom, tidur di kebun, dimasjid, asal ga rese, haha

      Hapus
  2. huhuhuh...
    saya juga pernah merasakan,,,huffffffft

    BalasHapus