Minggu, 13 September 2009

Maen ke Kubah Lava Kelut (http//penceclub.blogspot.com)



GUNUNG KELUT - KUBAH LAVA GUNUNG KELUT

Lelah dalam perjalanan solo-malang-bromo selama 2 hari nampaknya belum membuat kami capek dalam berpetualang, kami berdua (sushi motto dan ajis alias simbah), setelah menikmati panorama komplek gunung bromo dari gunung pananjakan pada tanggal 18 agustus 2009, langsung mencari target obyek gunung yang lain. Pilihan kami jatuh pada gunung kelut, gunung yang terletak di antara perbatasan kabupaten Kediri, Blitar dan Malang. Jam 8 pagi kami berdua dengan mengendarai sepeda motor, langsung menggeber kendaraan kami melewati jalur Tosari-Pasuruan-Gempol-Mojokerto-Jombang-Pare-Wates-Gunung Kelut. Gunung Kelut ini dapat di akses melalui desa Sugih Waras, Kec. Ngancar, Kab. Kediri.
Setelah melepaskan dahaga dengan segelas es kelapa muda di pinggiran jalan kota Pare, Kab. Kediri, perjalanan kami lanjutkan menuju Ngancar. Letih, ngantuk dan pegal-pegal menghampiri kami bedua, tetapi rasa ini kami kesampingkan, hingga motor kami kendalikan berjalan 40 km/jam saja untuk menjaga keselamatan. Mata kami berdua merona merah, itu wajar karena semalaman begadang di Cemoro lawang, Kab Probolinggo yang tentunya menguras stamina kami.
Perjalanan kami agak tersendat, karena sebelum berangkat dari Solo, kami tidak melihat dulu daerah ini di peta, sehingga harus bolak balik turun dari motor untuk bertanya. Sesampai di Ngancar kendaraan kami arahkan ke plang penunjuk arah gunung Kelut, kami melewati perkampungan warga dan lama kelamaan berganti dengan pemandangan kanan kiri berupa perkebunan nanas yang kadang diselingi gugusan tanaman sengon dinding. Setelah beberapa lama kami melewati pos retribusi memasuki kawasan gunung Kelut, kami langsung saja menuju puncak tanpa memperhatikan indikator bensin. Jalanan aspal mulus dan mulai menanjak kami lalui dan setelah kami jauh berjalan barulah tersadar kalau bensin mulai habis, padahal sudah tidak akan menemukan lagi orang jualan bensin, karena kami telah melewati hutan. Keraguan kami semakin memuncak seiring dengan terjalnya jurang yang kami capai, kami takut kehabisan bensin. Kami taksir jumlah bensin yang ada tidak akan sampai di obyek, dengan segala keraguan kami akhirnya kami menemui penjual makanan yang hampir mengemasi dagangannya karena hari telah sore. Kami pun berhenti untuk bertanya apakah berjualan bensin, sebenarnya ibu warung itu jualan bensin namun sayang stoknya telah habis, tetapi alhamdulilah karena ibu tadi mau menjual bensin yang ada di tangki motornya dengan jalan menyelang dan mengambil sebagian. Alhamdulilah,,,perjalanan pun lanjut….

GUNUNG SEGERA DITUTUP
Sehabis mendapatkan bensin kami menuju kawasan puncak, kami berhenti di pos terakhir tempat penitipan motor, tas kami yang lumayan berat kami lepaskan begitu saja, badan terasa capek minta ampun. Seorang pria berjaket hitam dan berkumis tebal menghampiri kami, pria itu memberi tahu kami bahwa kawasan akan ditutup setengah lima sore, itu berarti kami hanya memiliki waktu 5 menit untuk melihat dan menikmati obyek . " mana mungkin enjoy " celetuk simbah. Padahal jalan kaki menuju obyek memerlukan 8 menit. Tetapi karena kami merupakan pengunjung terakhir dan jauh-jauh dari Solo akhirnya pak Tomo, nama penjaga tersebut, memberi regulasi khusus untuk kami, kami boleh memasuki area dengan naek motor, ini mengacu pada harapan pak Tomo yang segera menutup kawasan puncak kelut dan bergegas pulang dinas.
Sasaran pertama adalah menuju kubah lava yang beberapa waktu yang lalu sempat diperkirakan akan meledak, tetapi tidak jadi. Tidak lama disana kami memutuskan untuk segera kembali, ini berdasarkan pertimbangan, tidak akan nyaman dan nikmat jika kami di deadline. Sehingga kami akan memutuskan untuk menginap dan kembali esok paginya.

MANIKMATI SUNSET DI KAWASAN PUNCAK
1,5 km adalah jarak yang di izinkan untuk kami capai, disitu pula terdapat pagar kawat berduri sebagai pembatas, mengingat kubah lava masih berpotensi meningkat aktivitasnya, kami memilih berhenti di gazebo, mengeluarkan semua isi tas kami, terlihat di jalan pak Tomo melintas turun gunung, sehingga hanya menyisakan saya dan simbah yang menghuni puncak gunung Kelut. Hari mulai remang-remang, sinar matahari dengan samar menembus tebalnya kabut. Bersamaan angin, kabut sore beriring menuruni lereng-lereng bukit. Hawa dingin mulai mengintai kami berdua. Waktu ini kami gunakan untuk membikin kopi dan mie instant, sambil berfoto-foto dan bercengkerama membuat rekaman video yang bervariasi, misalnya mengibarkan bendera dengan menaiki atap gazebo
(ha,,ha,,mumpung ga ada yang liat) membuat rekaman salam yang di tujukan khusus bagi teman-teman cewek kami. Memang suasana seperti ini yang sering membuat kita sering bermain kegunung, suasana sepi dan dingin membuat nilai kenikmatan kopi bertambah dan jauh dari keributan kota yang sesak. Sunset tak terlihat. Karena sebelum tenggelam, matahari telah kalah bertarung dengan tebalnya kabut.

TAKUT
Mie instant telah habis kami makan, tinggal menyisakan segelas sereal untuk mengganjal rasa lapar kami. Matahari telah benar-benar menyimpan sinarnya untuk tidak di bagikan bagi kehidupan bumi, ya gelap telah menyelimuti puncak gunung Kelut. Ini berarti kami harus memikirkan dimana kami akan menginap untuk tidur. Sebenarnya kami ingin tidur di kawasan puncak, tetapi sore tadi pak Tomo yang menjaga pos gunung ini mengatakan bahwa, di hutan Kelut ini masih banyak hewan-hewan buasnya, selain itu pak Tomo juga menyebutkan bahwa hewan yang masih sering berkeliaran adalah, babi hutan, anjing hutan dan yang terakhir adalah harimau. Sontak apabila kami mengingat nama harimau, nyali kami untuk menginap di hutan puncak Kelut semakin menciut alias minder. Sejenak kami masih ingin bertahan untuk menginap di kawasan puncak, sambil memikirkan bagaimana strategi agar terhindar dari kemungkinan serangan harimau. Simbah pun mempunyai gagasan untuk naek keatap gazebo setinggi 3,5 meter dan berencana tidur di atap yang terbuat dari papan beton. Tapi saya pikir ini akan sulit, karena dengan tidur di atap kami tak akan mempunyai pelindung dari terpaan angin yang semakin malam semakin dingin. Suasana bener-bener gelap (sekitar jam 6.47), akhirnya kami memutuskan untuk turun gunung meskipun belum tau kemana kami nanti akan tidur. Barang-barang kami kemas dalam tas, tak lupa untuk membakar sampah yang kami timbulkan tadi. Setelah itu kami akan menaiki motor, yahh,,,,ada aja…..! kunci motor tidak ditemukan, padahal suasana gelap, kantong saku dan tas kami acak-acak kembali, tetapi kunci motor belum juga ketemu, kami sanagat khawatir. Kami berdua di bantu lampu senter mencari kesana kemari, dan tidak menemukan apapun kecuali batrei yang tercecer di jalanan. Rupanya tas pinggang simbah tempat menyimpan kunci dan batrei terbuka resletingnya, dan kami mensinyalir hal ini yang menyebabkan kunci motor kami hilang, suasana semakin panik karena seandainya kunci ini jatuh ketika kami berfoto-foto di sekitar jurang maka akan sulit ditemukan. Akhirnya saya berinisiatif untuk menggledah ulang pakaian yang dikenakan simbah…lhah…………alhamdulilah ternyata kunci motor yang di beri gantungan bertuliskan “universitas sebelas maret” itu di kalungkan di leher simbah, sontak kita berdua tertawa,,,,,,hoalah mbah2….wis tuo gampang pikun……

UKA-UKA
Setelah kami turun melewati hutan gunung, akhirnya sampai di tempat pos penarikan tiket masuk kawasan gunung kelut. Kami berhenti melihat-lihat di tempat itu siapa tahu ada tempat untuk tidur. Simbah pun berkeliling dan menemukan gedung kosong nan kotor, simbah mengajak untuk tidur disitu, akupun menjawab “ah…gah, biasanya tempat seperti itu makluk semacam jin seneng berkumpul”, kataku. Trus simbah kembali ke motor yang saya tunggangi. kami melihat pinggiran jalan yang agak landai dan berumput halus, ah,,, gimana klo tidur di pinggir jalan ini kataku, tp akhirnya akupun juga tidak mau, karena akan malu kalo ada orang lewat.
Gonggongan anjing terdengar, dan terlihat lampu yang berasal dari sepeda motor, kami pun mencoba mendekatinya, ternyata disitu tempat pos jaga satpam yang mengawasi kawasan masuk gunung kelut. Motor kami parkir di depan pos satpam, dan saya berbisik pada simbah “mbah bagian kamu untuk mengeluarkan ilmu interaki sosial” dan simbah pun masuk ke pos satpam dan bersalaman dengan orang-orang yang ada di situ. Simbah pun mengutarakan maksudnya ke satpam yang jaga disitu, sedikit lama mereka berpikir, akhirnya kami di beri alternative penginapan terdekat. Tak jauh dari pos satpam terdapat sebuah bangunan bekas,
kami di sarankan untuk tidur di situ.
Di pos satpam tersebut kami ditawari ubi rebus maupun dapur apabila kami mau membikin kopi, dan kami akhirnya menolak karena capek. Di pos satpam tersebut ada seseorang petugas perhutani yang mempunyai wilayah kerja di situ, sedangkan rumahnya di Kediri, sehingga setiap malam bapak itu nongkrongnya bareng-bareng sama satpam tadi. Selain itu yang mengurus kami pun (baek yang mengajak ngobrol maupun menunjukkan tempat-tempat penting seperti kamar mandi, dapur dan gedung penginapan) adalah bapak ini . Memang Bapak perhutani ini orangnya lebih luwes dan tentunya lebih luas pengetahuannya dari pak satpam. Sebelum kami beranjak untuk tidur, kami berbincang-bincang dengan bapaknya tadi dan menanyakan asal kami, saat saya mengatakan kalua rumah saya terletak di lereng timur gunung Lawu yang berada di kecamatan Jogorogo, Kab. Ngawi, bapak itu nyeletuk, eh mas saya juga sudah pernah maen ke jogorogo lho,,,kan saudara saya nikah dapet orang perhutani Jogorogo, akhirnya pun kami semakin akrab…
Malam menunjukkan jam 8.00, kami berpamit untuk tidur, dan bapak itu memberi kami sebuah lampu minyak tanah sebagai penerang ruang kami. Setelah sampai di gedung, ternyata tempat itu adalah bekas gedung sekolah dasar yang di merger karena muridnya tidak memenuhi kuota. Gedung ini tidak terawat lagi, semua pintu rusak, langit-lagit berjatuhan di lantai, dan debu-debu tebal menyelimuti lantai. Saya pun kembali berkata pada simbah, “mbah tempat ini pasti kesukaan jin nongkrong, tempatnya aja mirip untuk seting uka-uka” tapi ndak apa-apalah cuma jin nya paling-paling yang malah takut pada kami, daripada kita bertemu harimau di gunung tentu kita tidak bisa berbuat apa-apa.ha…ha, ,,kami pun tertawa
Dengan menggelar matras dan memakai jaket kulit, sayapun langsung tidur dan terbangun pada saat subuh. Setelah selesai packing kami berangkat lagi menuju puncak Gunung Kelut yang mempunyai jarak 8 km.

MENUNGGU SUNRISE
Sekitar jam setengah 6 pagi, di puncak kami mondar-mandir untuk berfoto. Jurang-jurang bahkan tebing maupun pohon-pohon mati yang masih meninggalkan batang-batang yang menjulang tinggi menjadi pemandangan di pagi itu. Sunrise yang kami cari praktis tidak tampak, karena di timur kami terhalang oleh dinding kawah yang tinggi. Sambil menunggu Pak Tomo sang juru kunci, kami berdua memasak mie, kopi dan sereal untuk sarapan pagi…

PUNCAK GUNUNG KELUT
Gunung Kelut memiliki ketinggian sekitar 1700m dpl. Memiliki kawah yang berdiameter sekitar 800m. kawah Kelut sebelum meningkat aktivitasnya di tahun 2008 lalu, merupakan danau. Sumber air ini selalu mengalir dan mengisi kawah. Sehingga pada jaman Belanda kawah ini di bor dan di buatkan saluran menembus dinding kawah, hal ini bertujuan agar tidak terjadi banjir bandang/air bah. Mengingat daya tampung kawah Gunung Kelut mencapai jutaan kubik. Selain itu air yang mangalir sepanjang tahun ini apabila tidak di buatkan saluran maka akan terakumulasi di kawah, dan sangat berbahaya apabila sewaktu-waktu dinding kawah runtuh.



Semenjak aktivitas gunung ini meningkat, kawah yang semula merupakan danau air, sekarang berubah menjadi kubah lava ( danau telah hilang). Kini keberadaan sumber air di kawah langsung mengalir ke saluran dan tidak ada yang tertampung menjadi danau, karena danau berubah menjadi kubah yang menjulang tinggi. Selain itu semula air danau yang dingin, bersamaan meningkatnya aktivitas vulkanik, air tersebut menjadi panas. sampai sekarang pun airnya tetap panas (sekitar 61 derajat). Waktu kami turun di aliran ini, kami pun tidak mampu untuk mencelupkan tangan kami lebih dari 2 detik.

PEMANDANGAN
Di atas gunung terdapat gardu pengamatan landscape, jika kita menghadap ke barat, jalan aspal akan terlihat berkelok kelok. Di tengah kawah terdapat kubah lava yang di kelilingi dinding kawah yang tinggi. Di sebelah selatan terdapat tebing vertikal yang merupakan batuan beku, tebing ini sangat indah untuk background ketika berfoto.
Untuk memasuki area kawah tadi, pengunjung berjalan kaki dari tempat parker dengan melewati terowongan yang berjarak 200 meter, di tengah terowongan terdapat sebuah bilik yang terisi oleh ratusan kelelawar yang bergerombol.
Di puncak kami menikmati pemandangan tanpa terasa sudah jam 11. Sehingga kami berdua memutuskan pulang setelah 4 hari kami berkeliling di Jawa Timur,,,,,, Ngancar (Kediri)-Blitar-Tulungagung-Trenggalek-Ponorogo-Wonogiri-Sukoharjo-Solo-Kampus UNS,,,,,
ah cape……………….tapi asyiiikk...

AIR TERJUN SRAMBANG,KEC.JOGOROGO KAB.NGAWI (PenceClub)













Srambang terletak di desa girimulyo, kec. Jogorago, kab. Ngawi. Desa ini berada di lereng gunung lawu sebelah timur. Terdapat obyek wisata terkenal di kabupataen ngawi, yaitu air terjun Srambang, memang air terjun ini belum terkenal seperti obyek air terjun di gunung lawu yang lainnya, semisal air terjun sarangan,Magetan maupun grojogan Sewu di tawangmangu.

Ketinggian air terjun ini hanya sekitar 40 meter, keberadaan air terjun ini baru diketemukan di tahun 1995 oleh warga sekitar, konon grojogan ini terbentuk setelah terjadi longsoran tebing.
Air terjun srambang dapat ditempuh dari kota ngawi yang berjarak 32 km kearah barat daya, via bus umum dengan jurusan ngawi-jogorogo-srambang. Selain itu juga bisa di tempuh dari kota magetan dengan jarak sekitar 35 km dengan rute megetan-panekan-kendal-jogorogo-girimulyo(srambang)
Pengunjung dapat mencapai air terjun ini dengan berjalan kaki sekitar 850 meter melewati hutan pinus dan beberapa kali menyeberangi sungai kecil yang kanan kirinya masih alami tumbuhannya, segi kebersihan masih terjaga dari sampah.
Desa girimulyo, kec.Jogorogo selain memiliki obyek air terjun juga terjapat jalur pendakian gunung lawu, bagi para penggila gunung, bisa mencoba jalur ini sebagai alternatif. Para pendaki yang mungkin sudah bosan melalui cemoro kandang maupun cemoro sewu bisa deh coba,,,,,

Rabu, 09 September 2009

merbabu fullmoon









Gunung Merbabu YANG HIJAU DAN RAYUAN EDELWEIS

Sushi_motto

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan ,sedangkan kabupaten semarang di bagian utara. Gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Gunung merbabu dapat di daki melalui jalur selo, kopeng maupun ngagrong. Gunung ini berdampingan dengan gunung merapi di sebelah utaranya. Selo adalah daerah pendakian yang ideal, disamping terdapat bescamp pendakian ke gunung merbabu, juga terdapat bascamp pendakian ke gunung merapi, kedua bascamp ini hanya terpisah oleh jalan yang menghubungkan kota Boyolali dengan muntilan(Magelang). Selain itu selo juga memiliki pemandangan yang bagus karena letaknya yang berada di antara gunung merapi dan merbabu. Selo berasal dari bahasa jawa yang berarti “Celah” , jadi Toponimi selo berasal karena tempat tersebut merupakan celah yang diapit oleh gunung merapi di sebelah selatan dan merbabu di sebelah utara. Nb- baca selo seperti e pada kata selalu. Karena kalau di baca e seperti pada kata edan, maka akan mempunyai arti batu.

Bascamp Selo (kecamatan selo, kab. Boyolali) dapat di tempuh dari Solo melalui kota Solo-Boyolali-Selo, perjalanan melalui angkutan umum bisa di tempuh dengan bus rute Solo-Boyolali dan diteruskan dengan mini bus jurusan Boyolali-Selo. Sedangkan dari arah jogja lebih mudah di tempuh melalui jalur Jogja-Muntilan-Selo dan dari arah Semarang dapat ditempuh melalui Semarang –Magelang-Muntilan-Selo

mendaki merbabu

Liburan semester adalah liburan paling kami nantikan pada waktu kuliah, bulan juni tahun lalu (2008) kami mempunyai target untuk bermain-main di gunung merbabu, karena semester sebelumnya telah pernah mendaki gunung merapi. Seperti biasa terdapat 2 manusia yang sulit terpisahkan dalam pendakian, yaitu saya sushi motto dan azis alias simbah. Liburan ini bertepatan dengan libur panjang akhir tahun sehingga banyak mahasiswa yang memilih pulang kampong ke daerah asal masing-masing. Akhirnya pendakian ini kami lakukan dengan 3 awak yaitu saya sendiri,bekti van sambas, dan simbah. Meskipun hanya ber-3 kami sangat antusias untuk sampai puncak merbabu secepatnya.

Terik matahari di siang hari (21 juni 08) membuat kami gerah, di dalam rumah kos saya, simbah mendatangi dengan semangat untuk mengajak berbelanja kebutuhan logistik pendakian, siang itu juga kami bertiga berbelanja kebutuhan kami, dan yang tak terlupakan adalah kopi hitam untuk menemani perjalanan kami, ya,,,kopi adalah bawaan yang selalu kami sediakan, dan kopi adalah saksi bisu kami dalam perjalanan ke puncak gunung manapun. Perjalanan kami tempuh dari solo dengan naik motor pada sore itu sekitar jam 5, yang start di kos saya di belakang kampus UNS.

TAKUT ANJING

Sesampainya di selo jam menunjukkan pukul setengah 7. Bertiga kami langsung melaju mengikuti papan penunjuk arah bascamp merbabu, melewati perkebunan warga yang sepi melalui jalan aspal rusak sekitar 10 menit, tapi lama kelamaan tak kunjung terdapat pemukiman yang biasa terdapat di lereng gunung yang biasa di jadikan tempat bascamp. Kami bertiga berhenti di jalan sempit di tengah ladang warga. Di tengah jalan yang sempit dan di tempat curam membuat kami sulit memutar sepeda motor kami untuk berbelok arah, karena arah yang kami tuju ternyata buntu oleh longsoran. Dengan kesusahan kami memutar sepeda motor, terdengar sayup-sayup gonggongan anjing yang lambat laun semakin dekat dengan kami. Kami pun semakin grogi dan berteriak-teriak karena si anjing ini menggonggong dan mendekat kami. Akhirnya dengan segala ketakutan dengan anjing kami berhasil memutar motor kami dan langsung menggeber motor kami ke bawah.

Akhirnya kami kembali ke pusat kota selo dan mencari tahu daerah bascam yang kami cari, ternyata bascamp yang kami tuju tadi tidak dapat di akses karena terhalang oleh longsoran, cetus warga. Dan akhirnya disarankan warga untuk melalui jalan yang lainnya untuk mencari daerah tersebut.

JAM 9 DARI BASECAMP

Sesampainya di bascam kami langsung melakukan sholat isya + jama” dengan sholat magrib. Selain itu karena suhu dingin kami memesan kopi sekaligus nasi+telor untuk makan malam kami. Jam menunjukkan pukul 9.00. kami segera mempersiapkan tas kami untuk segera kami bawa dalam pendakian. Kami adalah kaum minimalis yang males ngemodal-is, ha2,,, karena malam itu juga kami mendaki hanya diterangi dengan lampu korek gas seharga 1500-,. Perjalanan sangat menyenangkan, kami bertiga mengisi perjalanan kami dengan saling bertukar cerita ketika kami masih sma dulu. Kami kurang mengetahui nama-nama tempat ang di gunakan untuk seatle peristirahatan, karena kami mendaki pertamakali di gunung itu dan tanpa guaide yang telah bermean ke gunung itu juga. Perjalanan kami susuri melewati hutan lebat yang berada di lereng bawah gunung merbabu, dan di temani oleh nyanyian anjing hutan yang menggonggong. Kesunyian di tengah hutan juga terusik ketika kami menyalip rombongan anak-anak SMA dari klaten yang sedang kelelahan, dan 2 dari mereka memilih turun karena masuk angin. Selanjutnya mereka menguntit kami berharap mendapat layanan guaide dari kami. Kami pun menyilakan mereka untuk berbareng dengan kami. Di tengah rimbunnya semak-semak yang di lalui jalan setapak terdapat alur air hujan yang mempunyai kedalaman 2 meter, alur tersebut tertutup rapi oleh rerumputan dan tumbuhan perdu, sehingga mampu menjebak kedua personel dari rombongan anak SMA tadi, keduanya terperosok masuk ke parit tersebut hingga kepala merekapun tidak terlihat dari atas karena tertutup semak. Akhirnya mereka berteriak minta tolong. Dan kemudian berhasil di angkat. Ha,,,ha…kami ber tiga sempat berbisik “”untung saja anak-anak SMA ini kita suruh duluan” sehingga bukan kami yang terperosok kedalam jurang, dan kami pun tertawa,,,(he,,,2,,,sori yo cah klaten)

MALAM HARI DI PADANG RUMPUT

Sekitar jam 02.00 dini hari kami berhasil sampai di padang rumput pertama, pemandangan sangat eksotis pada malam itu, karena berbarengan dengan bulan yang bulat sempurna menyinari kesunyian padang rumput yang sedikit terganggu oleh desiran angin malam. Kami berpencar dengan rombongan anak SMA tadi, mereka memilih untuk sampai di padang rumput dari pada susah-susah ke puncak. Beristirahat dan menggelar matras adalah pilihan kami untuk menikmati malam terang bulan di padang rumput, untuk menghangatkan suasana malam, sebungkus kopi, gula siap kami racik menjadi minuman kopi yang kami sukai. Malam itu kami tidak membawa gas dan kompor, sehingga kami butuh bantuan kayu-kayu kering untuk membuat api, sekaligus membuat perapian untuk menghangatkan badan juga untuk membikin kopi.

Rembulan malam juga membantu menemai kami mengusir kesunyian, sedangkan di arah selatan terlihat sorotan-sorotan cahaya kecil yang merupakan lampu senter para pendaki gunung merapi.apabila suasana tidak berkabut sinar senter pendaki gunung merapi dapat terlihat dari gunung merbabu, begitupun sebaliknya apabila kita mendaki gunung merapi, maka senter pendaki gunung merbabu akan juga tampak. Hal ini terjadi karena jarak gunung merbabu-merapi sangat dekat dan jalur pendakiannya pun bersejajar. Kejadian ini juga dapat terlihat ketika kita mendaki gunung Sindoro maupun gunung Sumbing, karakter letak maupun jalur pendakian yang bersebelahan.

Simbah duduk di samping tas-tas kami yang kami letakkan di tanah sambil mempersiapkan piranti, sedangkan saya dan bekti mencari ranting-ranting kering di sekitar padang rumput yang mempunyai ketinggian sekitar 2400 m dpl. Kayu agak sulit kami temukan, hanya rumput-rumput yang lebat yang memenuhi tempat itu. Tapi untungnya masih ada beberapa gerombol pohan yang tumbuh di antara jutaan pasukan rumput yang berbaris. Satu-dua ranting kami kumpulkan tetapi ga dapat banyak untuk kebutuhan kami memasak air, tiba-tiba,,,alhamdulilah ,,,,saya bergumam dan mengatakan pada bekti, “wah bek ni pendaki kok baek banget mau ninggalin kayu yang sebanyak ini” tanpa piker panjang kmi berdua mengangkut tumpukan kayu kering tersebut.(siangnya waktu turun, ternyata kayu-kayu tersebut merupakan kayu milik warga, sempat berpapasan dengan warga yang sedang mencari kayu, sayapun bertanya, kok sampai setinggi ini buk,,nyari kayunya,,,? Padahal dalam hati kami sedikit tertawa dan mengatakan soriiiiii bu kayumu semalem tak bakar satu gendongan,,,,,,,,,,,,,,,,) kasihan juga sbenarnya tp kita bertiga tertawa terbahak-bahak ketika menjauh dari ibu pencari. Sekali lagi maafkan daku bu,,,,

Sesampai di tempat perapian kayu kami bakar sambil merebus air kami bercanda dan ber-foto2 di kesunyian gunung, yang sesekali terdengar riuh gugusan rumput lebat yang terbelai-belai oleh angin. Setelah beberapa waktu kopi manis dan mie kuah telah terhidang, kami benar-benar menikmati kesunyian tersebut.wah,,,,,indahnya alam ini,,,,

Tanpa terasa jam mulai menunjukkan jam 4 pagi, sehingga kami bergegas melanjutkan perjalanan ,,,,,

MENUJU LERENG PUNCAK

Beberapa saat kami melanjutkan perjalanan, di ufuk timur mulai terdapat remang-remang cahaya yang menandakan matahari mulai berusaha menyingkap lebatnya awan di timur. Di lereng gunung yang berselimut hamparan rumput yang sama sekali tidak terdapat permukaan tanah yang terlihat, semua lantai gunung berasal dari karpet rumput indah nan mewah. Sejenak kami berhenti di lembah diantara dua bukit untuk menikmati sunrise yang mulai mengintip, nan indah gunung lawu yang sedikit terlihat di sebelah timur yang mengecoh mencoba mencuri perhatian untuk menyaingi indahnya sunrise.

Indahnya gunung merapi yang mempunyai dua warna, bawah hijau dan atas abu-abu yang merupakan material pasir di sertai asap belerang yang mengepul menambah cantiknya pemandangan di gunung merbabu. Pesona gunung merbabu tidak hanya itu, bunga cantik nan elok juga menghiasi jalan setapak menuju puncak, ya ,,edelweiss adalah bunga itu. Merbabu mempunyai jumlah pohon edelweiss yang paling banyak diantara gunung-gunung se-Jawa Tengah. Keindahannya mencuri perhatian kami, sehingga kami juga berhenti di hutan edelweiss yang paling besar dan rimbun se Jawa tengah, pohonnya mempunyai tinggi sekitar 3,5meter dan diameter pohon mencapai 15 cm, hal seperti ini sulit di temui di gunung-gunung jawa tengah/timur selain di merbabu.

TERTIDUR DAN MENCRET

Banyak tipuan puncak bukit di merbabu, sehingga setiap kali kami melihat puncak dan bergegas ke sana, lagi-lagi masih ada puncak yang di atasnya, tenaga kami mulai terkuras di sebelum 2bukit dari puncak, kami kelelahan dan bersandar di lereng beralaskan karpet alam dari rumput. Tanpa kami sadari kami bertiga tertidur pulas, dan terbangun ketika matahari mulai panas ketika jam 7.10. kami tertatih-tatih untuk berjalan, beberapa kali kami menoleh kebelakang mencoba mencuri indahnya pemandangan gunung merapi disela-sela langkah kami. Mendadak kedua personel sulit di giring, simbah tampak lelah, sedangkan bekti berkali-kali memegangi perutnya. Kejadian ini yang paling banyak menelan waktu. Si bekti mengeluh ingin buang hajat, karena sakit perutnya tak tertahan lagi. Diapun menoleh ke kanan kiri untuk mencari tempat,,,bla,,,bla,,,,,! Sedangkan kita berdua menertawakan bekti yang kesakitan karena ingin,,,,,,,,,***cret. Tp akhirnya g jadi juga.

PUNCAK MERBABU

Akhirnya kami sampai di titik 3.145 meter di atas permukaan air laut, susah payah kami akan segera membuat kami berbeda

Suasana cerah, bersamaan musim kemarau. Kanan-kiri menoleh tak sia-sia karena setiap sudut akan menjadi pemandangan yang indah

Di timur terdapat gunung lawu,meskipun terlihat kecil dan separuhnya tertutup kabut pagi

Sebelah selatan terdapat gunung merapi dan kepulan asap belerangnya, pemandangan ini sangat menakjubkan, seakan-akan kita tinggal selangkah lagi dan melompat bisa sampai di gunung merapi.

Sebelah utara terdapat perbukitan kacil sekitar bukit cinta, jajaran bukit kecil tampak menawan dan sebelah barat terlihat dua gunung yang seakan sedang bercumbu, yaitu gunung sindoro dan sumbing. Di atas kami membuat rekaman parody ala kami, serta berfoto ria. Lelah letih perjalanan semalam terbayar lunas dengan indahnya pesona gunung merbabu, menurut saya pribadi nilai pemandangan rating tertinggi adalah di puncak gunung merbabu di banding gunung se-jawa tengah lannya.


Pada hari itu udara tidak terlalu dingin, sinar terik matahari menyongsong semangat kami. Tingginya kami berpijak tidak membuat kami menjadi tinggi hati, diharapkan dengan moment seperti ini kita bisa menambah syukur dan ketaqwaan kita,amin…

“”Sushi motto, aziz dan bekti akan selalu berpetualang meskipun harus cuma bertiga maupun berdua.””””

Sekedar mengingatkan khususnya buat saya pribadi dan pembaca pada umumnya, jangan lupa sholat meskipun berada dimana saja, gunung, pantai, sedang berlibur maupun kemana.Bravo….PenceClub,,,,,

Senin, 07 September 2009

pencak gunung slamet di kala pemilu









PESONA GUNUNG SLAMET
Sushi_motto/ PenceClub






Gunung Slamet (3.432 meter) adalah gunung api yang terdapat di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung ini berada di perbatasan Kabupaten Brebes, Banyumas, Purbalingga, dan Kabupaten Pemalang, Provinsi Jawa Tengah, dan merupakan yang tertinggi di Jawa Tengah serta kedua tertinggi di Pulau Jawa. Terdapat empat kawah di puncaknya yang semuanya aktif.



SUSHI MAU DAKI
Pada tanggal 7 april, pagi-pagi dikost bikin kopi sambil dengerin lagu dari hobasthank, hari itu di kampus sedang ada ujian tengah semester, tapi waktu itu aku sudah tidak mengambil mata kuliah kecuali 6 sks untuk skripsi yang terlantar. Berhubung pada tanggal 9 ada libur untuk pemilihan legislative dan hari berikutnya ada tanggal merah, saya langsung berpikiran untuk menggunakan libur ini untuk mendaki gunung. Gunung yang saya rencanakan adalah gunung slamet di purbalingga dan sekitarnya, mengingat di jawa tengah yang belum sempat saya daki adalah gunung slamet. Seperti biasanya apabila ada uneg-uneg pengen mendaki gunung, teman yang pertama kali saya ajak untuk melancarkan misi ini adalah aziz, alias simbah. Simbah adalah temen penggila gunung yang selalu siap diajak kemanapun setiap saat. Tak perlu lama lama berpikir akhirnya simbah pun langsung bersemangat juga untuk acara ini, tp baru saya (sushi motto) dan simbah yang sudah fix, akhirnya kami mencari temen yang laen untuk meramaikan suasana. Tetapi hanya dapat dua personel tambahan yaitu air dan rahmat (geo 06). Itupun harus peke bujuk rayu untuk mengajaknya, maklum waktu yang kami rencanakan berada pada deretan hari libur di tengah ujian semester.

Kami merencanakan pendakian pada malam tanggal 9 maret, jadi tanggal 8 pagi kami harus berangkat dari solo, mengingat perjalanan dari solo-purbalingga cukup jauh. Akhirnyapun pada tanggal 7 sore kami berempat sibuk dengan persiapan perbekalan. Pada tanggal 8 yang kami rencanakan untuk berangkat pagi, akhirnya molor sampe jam 11, hal ini terjadi mengingat rencana yang kami buat sangat mendadak dan untuk mencari perlengkapan ga bisa semalem jadi.sebenarnya kami merencanakan berangkat dari solo pagi yaitu untuk menghindari hujan di perjalanan, karena waktu itu masih sering turun hujan di bulan maret dan kami melakukan perjalanan memakai sepeda motor. Meskipun kami belum pernah sama sekali melintas di jalur tengah jawa tengah, kami tetep enjoy karena sebelumnya kami telah membaca artikel daerah pendakian gunung slamet serta men-download peta mudik. Jalur yang kami tempuh adalah, belakang kampus uns-boyolali-selo-muntilan-Borobudur-salam-sapuran-kretek-wonosobo-banjarnegara-purbalingga-bobotsari-bascamp slamet (Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga). Perjalanan dari wonosobo kami tempuh di bawah guyuran gerimis hingga sampai di bascamp pendakian.



BASCAMP BAMBANGAN

Sesampainya kami di bascamp bambangan pada jam 17.52 petang. Kami disambut tuan rumah yang menjadi tempat bascamp dengan se-teko air teh hangat tidak manis. Lumayan buat menghangatkan badan di tempat dingin, lagian suasana sedang gerimis. Tak berapa lama kami beristirahat lampu pln mati, sehingga kami dirumah bascamp tersebut dalam keadaan gelap gulita, akhirnya kami keluar sekalian sholat magrib, karena bertepatan waktu sholat dan tak jauh dari bascamp tersebut terdapat masjid. Sehabis kami melaksanakan solat magrib langsung memesan makn malam di bascamp tersebut dengan menu, nasi + sayur + telur dadar double. Kami makan dengan diterangi lampu korek gas sehrga 1000 rupiah, masih mendinglah agar sendok yang kami masukkan ke mulut tidak keliru ke mata, ha,,,ha,,,,.! Setelah makan kenyang kami sekalian sholat isya’’ dan diteruskan dengan membaringkan badan sejenak untuk beristirahat sambil menunggu gerimis reda. Akhirnya sekitar jam 9 malam hujan reda, dan saya sibuk membangunkan si arip dan rahmat yang tak kunjung bangun karena masih capek. Dan agak lama keduanya baru bangun, jam 09.30 kami akhirnya berangkat mendaki dengan di awali berdoa bersama. Jalan yang kami lalui pun masih ber-air mengingat baru saja hujan mengguyur.



TIKUS HUTAN

Setelah mampu melampaui perkebunan warga kami akhirnya keok juga, tanpa pikir panjang saya mengomando agar pasukan beristirahat, kami langsung duduk di tanah dan melepaskan tas punggung kami, pasukan kami tanpa di komando langsung mengeluarkan air minum maupun makanan kecil, sambil ngemil kami menceritakan perjalanan yang barusan kami lakukan, sejenak ke-riuhan kami terusik oleh datangnya tikus hutan yang tidak di undang, mungkin karena lapar tikus ini menghampiri kami di tengah kegelapan hutan. Sempat menjadi hiburan bagi kami karena tikus ini sangat pemberani, berkali-kali tikus ini mengigit roti yang di pegang oleh salah satu dari kami, dan setelah mendapat segumpal tikus ini lari menjauh, dan akan kembali lagi setelah sejenak. Sempat kami akan mengambil foto tikus ini tapi sangat sulit karena tikus ini sangat mobile. Perjalanan kami lnjutkan dengan melintasi sela sela pohon yang berjenis (kami belum tau namanya) yang memiliki pohon besar dan rindang, serta mempunyai sulur atau akar napas. Hutan seperti ini tidak ditemukan di gunung manapun di jawa tengah kecuali di sini.setelah sampai di antara pos 2 dan tiga letih telah menghampiri kami, akhirnya kami beristirahat. Kami tidur di atas tanah yang di gelari 2 matras yang dijejer dan dipakai berempat, karena letih kami tidak menghiraukan suhu yang sangat dingin dan tak lama lagsung pulas. Tetapi tidur saya paling tidak nyenyak, karena hanya memekai kaos dan jaket, sedangkan yang laen memakai SB. Akhirnya saya benar-benar bangun sekitar pukul 3 dini hari. Suasana sepi meskipun biasanya pada hari libur terdapat pendaki laen, hari itu sama sekali tidak bertemu siapapun kecuali tikus tadi. Mungkin karena partisipasi demokrasi masyarakat Indonesia sangat tinggi, karena pagi nanti adalah hari bertepatan pemilihan umum untuk pemilihan legislative. Setelah saya membangunkan teman-teman, perjalanan diteruskan dengan semangat 45,,,,,,,merdeka,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,



SARDENKU TUMPAH
Sebelum sampai di pos 4 waktu subuh sudah tiba, akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat untuk melakukan sholat subuh. Waktu fajar kami tidak bisa menikmati sunrise karena masih berada di hutan yang memiliki pohon-pohon lebat. Sehabis solat kami bergegas mempersiapkan untuk membikin kopi dan sarapan pagi, waktu itu saya sibuk memanja mencari ranting ranting pohon kering, rahmat tidur susah di bangunin, simbah menyiapkan kompor dan si arip sibuk membuat perapian untuk menghangatkan badan,,,. Kami sangat sibuk dengan peran masing-masing, tahap pertama kami membuat kopi dan kami pun meminum bersama-sama, hiruk pikuk kegiatan kami dalam menyambut pagi ini saya rekam, sehinggga ketika suatu saat kami memutar vedeonya kami pesti tertawa, karena kenarsisan yang dikemas dengan gaya masing-masing anak berdasarkan instinct-nya yang di tambah efek dingin maupun lapar yang kadang membuat adegan lucu. Beberapa cangkir kopi beserta variannya telah habis, kami selanjutnya mempersiapkan sarapan pagi dengan menu nasi dengan lauk sarden, waktu itu dalam keadaan kedinginan membayangkan betapa enaknya sarapan pagi dengan sarden yang kami siapkan dari rumah. Rintangan yang harus kami hadapi adalah bagai mana caranya membuka kaleng sarden? Kebetulan waktu itu kami tedak membawa pisau maupun obeng atau apa, sehingga kami kesulitan memikirkan bagaimana untuk membuka kalengtersebut. Untung saja gantungan kuncu sepeda motor punya simbah adalah pisau Katter mini, ini satu-satunya benda yang diharapkan menolong kami, tetapi karena kater sangat tipis dan lentur, maka sulit untuk membuka kaleng ini, dan kami bergantian untuk membukanya dengan cara mengiris kaleng berulang-ulang seperti mengiris daging, setelah lumayan lama dan kesel krn sulit dibukas akirnya bisa juga. Giliran simbah memanaskan sarden pada panci nesting, dan saya mengambil nasi dari tas .. setelah sarden telah mendidih, kami mengumandangkan pengumuman bahwa sarapan pagi akan dimulai, dan kami pun menyambut dengan antusias, tetapi karena satu dari temen kami belum terbiasa mencongkel untuk mengangat nesting maka sarden kami tumpah ke tanah, dan hanya sedikit sekali yang tersisa. Rupanya sarapan pagi dengan lauk sarden tinggal kenangan, dan kami memakan nasi putih seadanya,,,sambil mengomel, ha….22////.




POS TERAKHIR
Dalam perjalanan kami, sela-sela istirahat kami buat untuk berfoto maupun berparodi dan direkam, sehingga perjalanan kami sangat menyenangkan, selain itu tiada gangguan manusia lainpun, karena saat itu hanya kami ber-empat yang berada di gunung. Di pos terakir terdapat sebuah bascam, disitu pula kami kami menyimpan tas kami yang berat, sehingga pendakian pada medan berpasir diharapkan tidak terlalu membebani. Mulai dari situ pula kami mendapatkan pemandangan bagus, di sebelah timur tedapat gunung sindoro-sumbing yang terlihat agak samar karena ukurannya yang kecil karena efek jarak yang jauh. Selain itu pemandangan bukit-bukit di bawahnya yang terselimuti kabut tipis menjadi pemandangan yang bagus, juga awan tebal di sebelah utara yang turun dari gumpalan besar dan membentuk siklon. Di pos itu pula terakir terdapat pohon tinggi, sehingga saya manfaatkan untuk membentangkan spanduk kami, saya memanjat pohan tersebut, sedangkan anak2 menunggu di bawahnya dan mengambil fotonya,,,,.
Di daerah ini terdapat beberpa pohon edelweiss yang berkerumun dan di manjakan oleh belaian embun pagi. Selain itu terdapat pemandangan pohon-pohon tumbang yang tinggal ranting rantingnya menjulang yang ingin menandingi tingginya langit biru,,,,



MEDAN BERPASIR,DAN PUNCAK
Gunung slamet merupakan gunung aktif, sehingga bagian lereng puncak ber materi batuan pasir, ( satu minggu setelah pendakian kami gunung ini mengeluarkan material, sehingga pendakian ditutup sementara). Medan berat agak kami rasakan karena batuan disini lebih berukuran kecil dan bercampus pasir, yang mengakibatkan mudah terperosot setiap langkah kami. Kondisi seperti ini mirip di gunung merapi, tetapi kondisi di merapi lebih mudah karena batu pasir di sana berbentuk bongkah, sehingga ketika di pijak tidak mudah longsor. Suasana semakin sulit karena kondisi kami yang mulai letih juga di tambah kabut yang tebal yang mengakibatkan jarak pandang 6 meter-an. Untung saja hari itu tidak ada badai meskipun kabut tebal.setelah bersusah payah dan ber istirahat berkali kali akhirnya kami sampai puncak sekitar jam 10.00. kami sangat senang berada di atas dan tidak ada sapa dari pendaki lain karena hanya ada kami ber empat.di puncak kami habiskan dengan berfoto dan menjelajah puncak, puncak gunung slamet sangat lebar dan medannya bervariasi, terdapat kawah aktif, Tebing Yang Tinggi Di Antara Puncak Tertinggi Dan Kawah, Lembah Pasir, dan terdapat gundukan pasir menyerupai gunung mini di lembah pasir tersebut.
Setelah puas kami bermain di puncak dan mengambil foto skitar jam 2 siang kami turun..














TERSESAT
Kami turun seiring dengan turunnya kabut menuruni gunung, perjalanan dari puncak terhalang oleh kabut tebal, jejak jalan yang kami lalui tidak meninggalkan bekas. Kami mempercepat langkah kami kerena takut kehujanan. Kami menuruni seberang alur yang salah, dari atas memang alur masih kecil dan masih dapat di seberangi, tetapi semakin ke bawah alur tersebut semakin besar dan dalam, kami tidak bisa melihat di daerah pangkal medan pasir, kami dis orientasi. Jam menunjukkan jam 3. Hal ini menandakan surya tak lama lagi akan tenggelam dan kemungkinan besar hujan akan turun di sore hari. Tetapi kami semakin tidak berkutik, karena kami telah salah arah, kami terjebak di pertemuan alur, sehingga kanan kiri hanya terlihat jurang yang dalam, yang seakan siap menerima kami seandainya jatuh. Kondisi ini di perparah dengan bekal minum kami yang telah habis. Kami tidak akan bisa menyeberang ke kanan maupun ke kiri untuk menemukan jalur yang benar. Sesekali kami berdebat bagaimana solusinya. Si arip mulai kehabisan tenaga, matanya pucat agak kebiruan. Sedangkan simbah lama kelamaan sudah tidak kuat bicara, ini menandakan mereka sudah capai berat. Tinggal si rahmat yang masih bertenaga sebagai swepper dan aku di depan yang menjajaki medan yang belum diketahui. Akhirnya jalan buntu hanya ada jurang, jurang dan jurang. Kami memutuskan untuk mencari jalur yang benar, satu-satunya adalah kembali ke puncak, ya ampun,,,,, betapa berat nya untuik sampai puncak kedua kalinya. Sempat ku berpikir, ah jangan2,, akan jadi salah satu korban…….! Piikaranku ini timbul karena untuk mencapai puncak skitar 1,5 jam dan air minum sudah habis, lebih dari itu si arip dan simbah sudah sangat lelah untuk mengangkat kaki. Kondisi ini di perparah karena akan ada tanda-tanda hujan, serta senter dari korek gas kami tidak ada lagi, karena di taruh di tas yang di tinggal di pos terakir.
Dengan hati yang nge-down dan tenaga yang semakin melemah kami sampai puncak lagi, dan melihat-lihat sekeliling akhirnya kami menemukan jalur yang benar untuk menghantarkan kami pulang. Setelah turun sekitar satu jam, hujan mulai turun, alhamdulilah, untung saja jalur sudah ketemu meskipun keadaan agak gelap dan gerimis. Pada sakitar jam setengah 6 petang kami sampai pada dasar medan pasir dan jam 6 kami sampai di pos terakir yang terdapat campnya. Kami beristirahat dan tak lama lagi ujan turun super deras.




BERMALAM DI CAMP
Hujan semakin deras, suara berisik atap seng semakin keras, kami mencoba tidak menghiraukan suara tersebut. Kami tidur dari jam 6, udara sangat dingin, berkali kali saya terbangun karena kaki mati rasa akibat peredaran darah dihalau dinginnya udara yang mnyebabkan tidak lancar, dan lagi lagi terbangun, pdhal masih jam 7. Salah seorang dari kami yaitu rahmat, bertiga kami tidur tetapi rahmat masih sibuk menyalakan api, hal ini menyebabkan kepulan asam memenuhi ruangan, dan tidak bisa keluar karena tekanan di luar lebih rendah. Akhirnya bertiga terbangun dan semuanya batuk-batuk dan mata pedih terkena asap yang pekat. Kami berempat menongolkan hidungnya ke luar pintu untuk mengambil nafas, sedang di luar masih hujan deras.
Setelah api dimatikan kami bisa beristirahat dg tenang meskipun udara dingin. Kami melakuka sholat isya+ jama’ sama magrib. Setelah sholat kami berempat tidur. Lagi lagi terbangun karena dingin yang tak tertahan, waktu seperti ini jam terasa sangat lambat berganti, akhirnya jam 10 saya terbangun karena tidak tahan dingin, tidak lupa saya membangunkan simbah, akhirnya dy bgun karena sama-sama kedinginan, dan kami berdua membikin kopi, “”sekali merengkuh dayung dua, tiga pulau terlampaui,”” pepatah itu lumayan tepat, sambil membikin kopi sekalian misi balas dendam untuk membangunkan arip sama rahmat, karena keduanya tidur dari sore sangat pulas tanpa terlalu dingin, dia berdua tidur memakai SB, tidak dengan kami yang hanya memakai jaket saja. Ketika air mulai panas, asap pun mulai memenuhi ruangan sehingga semua baik yang tidur maupun tidak, kembali betuk-batuk dan semuanya lari keluar camp ( camp didangun dari papan kayu dan atap seng). Keadaan di luar sudah tidak hujan sejak setengah jam-an yang lalu. Setelah asap mulai hilang kami lanjutkan acara ngopi sambil bercanda. Tanpa terasa kami sampai jam12. Dan akhirnya memutuskan packing dan jam s 00.30 dini hari kami mulai turun. Stamina kami kembali pulih, kami turun dengan semangat, hnya berhenti beberapa kali untuk menenggak air minum.




FAJAR
Saat fajar kami sudah sampai di hutan pinus di sekitar kebun warga, kami kembali kehilangan jalan menuju bascam, karena banyak jalan menyilang dan tidak ada petunjuk, karena telah lama berputar-putar di kebun pinus dan masih tesesat akhirnya kami berhenti untuk menunaikan sholat shubuh. Sethelah sholat subuh dan suasana terang akhirnya kami sampai di perkebunan warga, dan saling sapa dengan warga sekitar yang sedang berangkat ke ladang. Alhamdullilah perjalanan ini sucses meskipun sempat tersesat…..